Ini cerita ‘tentang seekor monyet yang ingin menikah dengan
kaisar dangdut’.
Kalimat dalam tanda kutip adalah sinopsis novel Eka
Kurniawan yang terbit Maret 2016. Diterbitkan dengan sistem pre-order sejak Februari
oleh Gramedia Pustaka Utama.
Sinopsis ringaks tentu bermaksud menjadi unik. Setelah
membaca novelnya dan beberapa berita dan wawancara dengan Eka Kurniawan tentang
novel terbarunya ‘O’. Saya mendapati sinopsis singkat itu menutupi banyaknya
bingkai cerita yang ada di novel ini.
Berawal dari adegan seekor monyet yang memegang pistol dan
mengarahkan tembakan ke polisi. Cerita berlanjut kisah kehidupan Polisi lalu
kisah si Pistol dengan Polisi dan selanjutnya bingkai cerita seakan tak bermaksud
usai. Hewan dan benda dihidupkan Eka dan bisa bercerita. Novel berhalaman 470 ini
cukup untuk menuangkan puluhan bingkai cerita—jumlah ini hanya dugaan saja, maklum belum khatam
membaca.
Novel ini tebal, tapi sepertinya tak bermaksud dijual mahal.
Salah satu tulisan menyebut Eka Kurnaiwan ditawari mendapat royalti lebih dari
10 % atas buku yang diterbitkan GPU. Tapi Eka masih bertahan dengan royalti 10
%. Supaya novelnya tak dihargai mahal—Apakah perihal jumlah royalti ini yang
menyebabkan novel-novel Pramoedya Ananta Toer dihargai mahal? Aku tidak tahu.
Novel ini tebal (dan mahal) karena ceritanya menampung
banyak halaman. Cerita disampaikan dalam potongan (ditandai: ____ ) satu sampai
dua halaman. Memberikan pilihan berhenti membaca kapan saja. Dan jika ingin
terus membaca pun tak apa.
Ini novel dengan cerita fabel. Seekor monyet yang bermimpi
jadi manusia. Dalam upaya mewujudkan mimpinya, monyet bernama O itu berlatih
berperilaku manusia dengan cara main topeng monyet.
Lalu bagaimana cerita tentang Kaisar Dangdut? Itu pertanyaan
yang kuajukan kala membaca sinopsisnya. Tapi belum kutemukan jawabannya—kau
tahu apa alasannya, bukan?
“Aku tak mungkin meninggalkan Betalumur dan sirkus topeng monyet ini. Di sini aku belajar banyak hal tentang manusia. Dengan cara inilah aku yakin bisa meraih impianmu yang paling dalam, impian terbesarku dalam hidup ini.”
“Impian? Apa yang kamu impikan?”
“Aku ingin menjadi manusia.”
Itu dialog O dengan Kirik, anjing yang ditemuinya di tempat
ia bermain sirkus topeng monyet. Binatang bermimpi jadi manusia. Dalam dongeng
seringkali begitu, putri duyung juga ingin jadi manusia.
Meski jarang ada manusia yang berujar: “Aku ingin jadi
binatang.” Beberapa orang sering menyebut manusia bertingkah seperti
binatang.(*)
![]() |
Gambar reka ulang illustrasi cover novel O ini saya buat dengan aplikasi Paint Tool SAI |
Belum ada tanggapan untuk "O, Beginilah Ceritanya…"
Post a Comment