Nasehat
yang paling baik adalah disampaikan dengan teladan. Anak adalah cerminan dari
orang tua (hlm 95). Bisa jadi kelakuan anak mencontoh kelakuan lingkungan
sekitarnya. Termasuk mencontoh orangtuanya.
Buku
ini disebut-sebut ‘kamus’ bagi persoalan-persoalan orangtua. Sebagaimana
tertera dalam judul kecil buku ini “100
Persoalan sehari-hari orangtua yang tidak ada jawabannya di kamus mana pun”.
Membaca buku ini kita akan
mengarungi 100 pertanyaan dan jawaban Ayah Edy dari curhat-curhat yang
disampaikan. Kita hanya bisa menduga kumpulan pertanyaan (curhat) dan jawaban
itu adalah hasil rangkuman dari tulisan Ayah Edy di kolom “Ayah Edy Menjawab” majalah Mother & Baby. Dengan alasan kemiripan
judul nama kolom. Mengapa hanya bisa menduga?
Sebab buku ini tak
menjelaskan dari mana curhatan-curhatan itu terkumpul. Kemungkinan penulis
berpuas diri dengan pemilihan lema ‘kamus’. Sehingga membuatnya alpa pada
bagian-bagian yang harusnya diikutsertakan pada buku ini. Misalnya, proses
kreatif buku ini, selain menawarkan kamus untuk persoalan orangtua, baiknya
disebutkan pula bagaimana dan dari mana pertanyan itu terjawab dan terkumpul.
Lebih lanjut, terkait lema
‘kamus’ yang dipilih. Tak membuat kita bisa menggunakan buku ini laiknya
‘kamus’. Dibaca untuk mencari informasi yang diperlukan dengan cepat. Saran
saya, buku ini diberi indeks di halaman akhir buku.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
mengartikan Indeks sebagai daftar kata atau istilah penting yang terdapat di
buku cetakan (biasanya pada bagian akhir buku) tersusun menurut abjad yang
memberikan informasi mengenai halaman tempat kata atau istilah itu ditemukan.
Pemberian indeks pada buku ini setidaknya akan menguatkan pemilihan lema ‘kamus’.
Ini terjadi barangkali penerbit atau penulis merasa berpuas diri. Mengingat
buku ini sudah dicetak berulang kali.
Membangun Indonesia dari keluarga
Menyoal isi, buku ini
menawarkan tema yang menarik. Dan tak banyak dikaji orang. Untuk menjadi
seorang dokter kita bisa kuliah di jurusan kedokteran agar paham apa dan
bagaimana itu dokter. Tapi, menjadi orangtua, di mana kita bisa sekolah agar
paham apa dan bagaimana itu menjadi orangtua?
Buku ini mencoba
menjembatani persoalan itu, dengan memaparkan berbagai tema bahasan. Mulai dari
mengelola karakter unik anak (hlm 3), perkara televisi, game, dan gadget (hlm
219), pendidikan seks sejak dini (hlm 243), sampai adaptasi anak pada perubahan
(hlm 261).
“Membaca buku ini membuat
kita percaya diri sebagai orangtua walaupun tidak ada sekolah untuk menjadi
orangtua”, sebagaimana diungkapkan Shahnaz Haque, artis, presenter dan ibu yang
sudah memiliki 3 putri. (sampul depan)
Salah
satu bahasan menarik adalah terkait anak yang berbohong, dalam buku ini disebut
sebagai tindak kejahatan level atas. Sebab bangsa ini, rusak karena korupsi,
yang mana diawali dengan sikap berbohong. “Anak berbohong mencontoh orang-orang
terdekatnya, siapapun dan sekecil apa pun kebohongan itu”. Seringkali, tanpa
sadar kita memberi teladan berbohong saat ada pengemis atau orang meminta
sumbangan. “dek… bilang Mama nggak ada yaa..”. (hlm 32).
Maka dari itu kita sebagai orang tua perlu berkaca pada diri sendiri. Jadikan anak sebagai guru buat kita. (hlm 93)
Buku
ini memang bermaksud membuat Indonesia
yang kuat dari lingkungan keluarga. Slogannya “Indonesian Strong From Home”.
Memang keluarga adalah sekolah yang pertama dan utama. Ada benarnya kita
belajar menjadi orang tua.(*)
Arif Rohman
Kudus, 22 Juli 2015
Kudus, 22 Juli 2015
Judul : Ayah Edy Menjawab
(100 Persoalan
sehari-hari orangtua yang tidak ada jawabannya di kamus mana pun)
Penulis : Ayah Edy
Penerbit : Noura Books (PT Mizan Publika)
Cetakan : ke-19, April 2015
Tebal : 302 halaman; 14 cm x 21 cm
ISBN: 978-602-9498-42-4
Penulis : Ayah Edy
Penerbit : Noura Books (PT Mizan Publika)
Cetakan : ke-19, April 2015
Tebal : 302 halaman; 14 cm x 21 cm
ISBN: 978-602-9498-42-4
Belum ada tanggapan untuk "Kamus untuk Orang Tua Mendidik Anak"
Post a Comment