Sebagian Diri Kita Adalah Binatang

Novel beralur maju-mundur ini menantang kejelian pembaca untuk menyusun kronologi pembunuhan sadis tersebut tanpa membuat pembaca merasa dipermainkan.





Tak ada yang menyangkal jika manusia mempunyai sisi buruk. Bahkan anak yang terlihat manis sekalipun, bisa mengeluarkan sisi iblisnya. Itulah gambaran untuk Margio, anak lelaki pemburu babi yang terlihat manis dan penurut, bisa membunuh seseorang dengan cara paling bengis. “Ia anak pemurung yang tak betah di rumah, tapi sesungguhnyaanak yang manis dan santun ... Ia sungguh tak banyak polah. Maka ketika mendengar Margio membunuh, bagaimanapun Mayor Sadrah masih belum memercayainya.” (halaman 11). 

Semua itu bermula ketika Margio memendam dendam pada Anwar Sadat, lelaki yang mengusik kebahagiaan ibunya. Lelaki yang meniduri ibunya hingga melahirkan Marian, yang sebab itulah ayah Margio memukulinya. Awalnya Margio bersusah-payah mengendalikan dirinya untuk tetap menjadi anak baik demi cintanya pada ibu dan adiknya. Namun seperti halnya bom waktu, dendam yang rapat-rapat ditata apik Margio itu menumbuhkan geram yang semakin lama semakin gila. Margio tidak bisa menyangkal dirinya merasa dikuasai oleh seekor harimau. “Ada dirasakan darahnya menghangat, dan berpikir barangkali harimau itu sudah ada di dalam dirinya, yang diperlukan adalah suatu cara untuk mengeluarkannya.” (halaman 53)

Sisi harimau murka itulah yang membuat Margio tega mengakhiri hidup Anwar Sadat, ayah dari Maharani, gadis yang mencintainya mati-matian, dengan menggigit putus urat lehernya. ““Bukan aku,” kata Margio tenang dan tanpa dosa. “Ada harimau di dalam tubuhku.”” (halaman 38)

Harimau yang telah membunuh Anwar Sadat tersebut, oleh Eka, dijelaskan secara visual saat keluar dari tubuh Margio, sebagai gambaran pembebasan diri Margio dari kesumat. Bahwa dendamnya terhadap lelaki yang mempermainkan ibunya itu telah dibayar lunas. “Itulah kala harimau di dalam tubuhnya keluar. Putih serupa angsa.” (halaman 190)

Novel beralur maju-mundur ini menantang kejelian pembaca untuk menyusun kronologi pembunuhan sadis tersebut tanpa membuat pembaca merasa dipermainkan. Bahkan Eka Kurniawan berani menggunakan foreshadowing, menukilkan ending tepat di kalimat pembuka sehingga pembaca tidak merasa bahwa itulah inti ceritanya. Justru pembaca dibuat bertanya-tanya dan terus mengalir dalam rangkaian diksi yang metaforis yang agak kedaerahan. Pembaca tidak akan menyadari bahwa novel berplot rumit tersebut sebenarnya sudah selesai sejak kalimat pertama. Inilah keunikan novel ini hingga dicetak sampai ketiga kali sejak cetak perdananya pada tahun 2004 silam.

Menggunakan bahasa sedikit jadul dalam kalimat panjang dengan sekaan lebih dari dua koma, tentu membuat pembaca sedikit bosan. Inilah yang menjadi kekurangan dari novel ini. Pembaca dibuat terengah-engah sambil mencoba menerka arah cerita yang awalnya maju, mendadak mundur kemudian. Di tengah bab, Eka akan ketahuan ‘sedikit malas’ menggunakan kelihaiannya memantik rasa penasaran pembaca. Sehingga pembaca akan sempat kehilangan berahi untuk menghabisi novel 191 halaman ini.

Namun terlepas dari kekurangan tersebut, Eka berhasil menyuguhkan konflik keluarga dari sudut yang berbeda, yang mana wujud interaksi ideal antar anggota keluarga dipertanyakan. Klimaks perselingkuhan ibu Margio menjadi sinisme, bisakah sebuah keluarga tetap utuh jika seorang kepala keluarga berlaku tak bertanggung jawab atas anak-istrinya? Pola bina keluarga tak sehat inilah yang diwanti-wanti Eka karena bisa mengeluarkan sisi kebinatangan manusia.

Secara keseluruhan novel yang telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa ini menyajikan perkembangan psikologis tokoh utama dengan sangat menarik. Terlebih Eka mampu mengingatkan pembaca bahwa di dalam jiwa seseorang yang santun sekalipun, tetaplah ada sisi yang mesti diwaspadai. Dan justru jiwa psikopat terkadang bersemayam dalam tubuh seorang yang tidak terduga. Membaca novel ini, seperti mempelajari emosi masyarakat mulai dari gelombang cinta dan berahi, ketulusan dan pengkhianatan, bunga dan darah, hingga pengorbanan dan kebengisan, yang bertumpang-tindih membentuk suatu harmoni indah tak terbantahkan.

Shoma Noor Fadlillah.  S1 jurusan Tarbiyah Prodi PAI STAIN Kudus

Judul : Lelaki Harimau
Penulis : Eka Kurniawan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Desember 2015
Tebal :191 halaman
ISBN : 978-602-03-2465-4

Postingan terkait:

1 Tanggapan untuk "Sebagian Diri Kita Adalah Binatang"

  1. Hallo Guys Aku Mau Kasih Tau Nih BavetlineOke Lagi Promo Nih Dengan Depo 70K Dapa 100K Lohh !!
    Prediksi pertandingan malam ini
    1. Celta Vigo vs Racing Genk (Odds 0 : 3/4 )
    2. Lyon vs Besiktas (Odds 0 : 1 )
    Daftarkan Dengan Kode Referall Aku Yah “ BAVETJ 02 “ Dengan Deposit 70K Dapat 100K Hanya Di
    ( BAVETLINEOKE.COM ) / http://bavetline88.com/

    ReplyDelete