Novel Kumbara dan Perihal Profesi




Membaca novel yang memenangi sayembara adalah sesuatu. Saya merasa mendapat jaminan membaca karya bagus, sekaligus bermutu. Dalam Kompas (Minggu, 28 Februari 2016) ada sebuah liputan tentang Pradana Boy Zulian Thobibul, penulis novel Kumbara (2014-2015) dan Sang Penakhluk Ombak (2010). Liputan yang ditulis Dahlia Irawati itu menceritakan sekilas tentang profil kepengarangan Pradana:


“Pradana adalah sosok dengan bakat menulis sejak SD. Saat itu, Pradana kecil sudah sering menulis puisi dan cerita pendek untuk dikirim ke majalah. Namun, stigma negatif di lingkungan desa terhadap keahlian menulis menjadikan ia sempat tidak meneruskan hobinya. Hobi menulis kembali dijalani setelah ia keluar dari desa untuk menimba ilmu”


Wah. Hobi menulis pernah membuat Pradana minder menjadi penulis di lingkungan desanya. Saya tinggal di Desa Glagah Waru, sebuah desa kecil di wilayah selatan kota Kudus. Belum ada teman menulis yang tinggal satu desa dengan saya. Tapi, belum juga ada orang yang berstigma negatif terhadap profesi menulis. Profesi yang dicari di desa adalah guru dan PNS. 


Profesi Petani yang ditandai adanya sawah-sawah mengitari wilayah desa terancam tak diminati. Sesekali saya masih diajak bapak ke sawah. Itu secuil harapan yang masih memungkinkan saya mengurus sawah, menjadi petani. Semoga tak sekedar harapan.


Kembali ke soal novel Kumbara, singkatnya, saya berminat membeli-membaca buku itu. Novel Kumbara memenangi Sayembara Novel Islami Nusantara 2011 di Singapura.


“Kisah dalam Kembara sebenarnya perpaduan antara fiksi dan realitas hidupnya. Karya sastra tersebut didasarkan pada riset ilmiah tahun 2008-2009 saat Pradana meneliti tentang ragam orientasi keagamaan dalam organisasi mahasiswa Islam di Malang. Riset dibuat seusai suami Lailatul Fithriyah Azzakiyah tersebut merampungkan studi S-2 di Australia.”


Selain itu, saya jadi menyadari pentingnya tulisan terkait buku di koran. Itu benar-benar bisa jadi penyebab orang berminat membaca, contohnya saya.(*)


Kudus, 1 Maret 2016

2016-02-28 Kompas Memanggungkan Kisah Pribadi dan Kritik Ideologi (Foto: Arif)
bisa pula dibaca di issuu.com


Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Novel Kumbara dan Perihal Profesi"

Post a Comment