Menemukan Peta Menulis (dan Membaca) Esai








Banyak yang ingin jadi penulis tapi enggan jadi pembaca. Itu hal yang lumrah di Indonesia. 

Sejak kecil kita tidak diperlakukan seperti orang Jerman. Konon, di Jerman, membaca diperkenalkan oleh orang tua kepada anaknya sejak kecil. Membaca diperkenalkan tidak hanya dengan perintah ‘harus’ membaca. Membaca dimasukkan dalam kegiatan sehari-hari, permainan dan hal-hal yang menjadikan membaca jadi menyenangkan. “Kuncinya ada pada pendampingan orang tua,” begitu kata Direktur Franfrut Book Fair, Juergen Boos (360 di Metro TV pada 4 April 2015).

Apakah orang tua kita salah? Tidak juga. Sebab mereka mengalami hal yang kurang lebih sama dengan kita. Jadi kakek-nenek kita yang salah? Tidak, jawabannya sama dengan jawaban sebelumnya, dan seterusnya. Ringkasnya, minimnya penanaman budaya membaca sudah turunan. Mungkin, saat ini kita berkesempatan untuk berubah.

Membicarakan soal menulis dan membaca. Ada sebuah buku panduan menulis yang menyertakan banyak kutipan tulisan dari berbagai media dan lintas zaman di Indonesia. Buku itu bertajuk Inilah Esai karya Muhidin M. Dahlan, yang ditulis berdasarkan koleksi Bank Data Warung Arsip; sebuah sayap Yayasan Indonesia Buku. Muhidin telah menulis ratusan esai di beberapa koran dan majalah nasional seperti Tempo, Koran Tempo, Kompas , Republika, Media Indonesia, dan Jawa Pos. Dalam pengantar, kita diberi tahu buku ini adalah rangkuman “kurikulum pengajaran esai” di Indonesia Buku. 

Inilah Esai adalah buku panduan menulis esai. Pemilihan judul spesifik menjadikan buku ini memiliki pembaca yang spesifik: peminat esai. Michel de Montaigne (1533-1592) orang yang pertama kali memperkenalkan istilah esai, mendefinisikan esai sebagai “percobaan”. Esai adalah cerminan, meditasi, percobaan dalam pengungkapan gagasan yang diekspresikan secara licin dengan bahasa yang “lentur”. (hal 11-12). 

Tak sebatas itu, persoalan “pengertian” juga dikutipkan dari pendapat esais tanah air: Cak Nun, Bandung Mawardi, dan Zen RS. Persoalan penulisan esai atau esei pun diutarakan. Meski Muhidin tak memberi jawaban pakem.

Kerja Literer
Seringkali, esai adalah tulisan yang mengandalkan hasil dokumentasi dari penulisnya. Kerja mengliping adalah keseharian yang lekat dengan penulis, sebaiknya begitu. Buruknya? Anda tahu sendiri, kita cenderung jadi pemalas dalam hal membaca, meskipun tak pernah ikut pelatihan: “Yuk Jadi Pemalas”.

Memang bukan urusan saya dan boleh-boleh saja menjadi penulis dan mengesampingkan membaca. Toh, sebagaimana diungkap A.S. Laksana (2015): Orang-orang yang tidak membaca buku pun bisa sukses dalam menjalani kehidupan –tergantung apa yang mereka anggap sebagai kesuksesan.

Dalam akun gmail-nya Muhidin menulis ‘moto’: Karena mengliping itu kerja politis! Mengliping adalah metode mawas diri di linimasa. Kita jadi mafhum dengan cara penulisan buku ini. Memanfaatkan hasil membaca esai dari perpustakaan Warung Arsip.
Beberapa penulis sudah meresensi buku ini. Berminat membaca ulasannya? Berikut saya kutipkan:


“Bertolak dari seratus lebih esai yang terbit dari pelbagai lintasan zaman, kita diajak menziarahi teks-teks yang dinubuatkan sebagai esai. Sekaligus disuguhi apa-apa saja yang bisa ditakik guna belajar menulis esai. Meski masuk dalam jenis buku how to, buku ini tak hanya menyajikan hal-hal teknis kepenulisan.”

(Widyanuri Eko Putra, Jawa Pos, 20 Maret 2016, hal 7)


“Buku karya Muhidin, seorang penekun dokumen literer sekaligus istikamah menanam benih budaya literer di mana-mana, ini disusun dengan laku seorang yang memang benar-benar berbudaya literer. Muhidin pasti membaca sangat banyak esai sehingga bisa “merangkumnya” menjadi buku yang sayang sekali kalau terputus membacanya.”

(Ichwan Prasetyo, Solo Pos, 3 Maret 2016)

Ya, buku ini bisa menjadi peta bagi kita untuk menemukan esai-esai ampuh selama seratus tahun di Indonesia. Sebagaimana buku how to lainnya, kutipan dari berbagai esai dimaksudkan sebagai contoh. Pembaca diajak mengenali esai dari segi penulis dan konteks esai itu di tulis. Juga berbagai ‘trik’ yang biasa dilakukan seorang esais.

Di era media sosial hari ini, setiap orang bisa jadi ‘esais’ di akun pribadinya. Proses ‘coba-coba’ dalam berpendapat semakin merajalela. Apalagi, di media sosial kita cenderung jadi lebih berani. Lewat buku ini, kita pun tahu para pendiri bangsa adalah esais alias penulis. Tapi, tolong diingat, mereka juga pembaca yang baik. Kita tentu akrab quote ini: Penulis yang baik adalah pembaca yang baik.

Apakah kamu mau jadi penulis (esai) sekaligus pembaca? Jika jawabanmu: Ya. Buku ini perlu kamu baca.


Judul Buku: Inilah Esai (Tangkas Menulis Bersama Para Pesohor)
Penulis: Muhidin M. Dahlan
Penerbit: I: BOEKOE
Cetakan: I, Februari 2016
Tebal: 193 halaman
ISBN: 978-979-1436-34-2



*)Arif Rohman, Penikmat buku panduan menulis. Tinggal di Kudus.

Postingan terkait:

1 Tanggapan untuk "Menemukan Peta Menulis (dan Membaca) Esai"

  1. Hallo Guys Aku Mau Kasih Tau Nih BavetlineOke Lagi Promo Nih Dengan Depo 70K Dapa 100K Lohh !!
    Prediksi pertandingan malam ini
    1. Celta Vigo vs Racing Genk (Odds 0 : 3/4 )
    2. Lyon vs Besiktas (Odds 0 : 1 )
    Daftarkan Dengan Kode Referall Aku Yah “ BAVETJ 02 “ Dengan Deposit 70K Dapat 100K Hanya Di
    ( BAVETLINEOKE.COM ) / http://bavetline88.com/

    ReplyDelete